Yang membaca sungguh-sungguh, janganlah hanya dilihat. Dengarkan lalu resapkan petuah lalu ikuti (Sewaka Darma) Bila ingin tahu tentang telaga, bertanyalah kepada angsa. Bila ingin tahu tentang hutan, bertanyalah kepada gajah. Bila ingin tahu tentang laut, bertanyalah kepada ikan. Bila ingin tahu tentang bunga, bertanyalah kepada kumbang (Sanghyang Siksakanda ng Karesian). Bila ingin tahu tentang kehebatan KARUHUN kunjungi terus www.arkeologisunda.blogspot.com

06 Mei, 2013

Jalan-jalan 1

MENGUNJUNGI BANGUNAN-BANGUNAN LAMA DI MAJALENGKA



Kota Majalengka memang bukan kota yang terletak pada jalur lintas antar provinsi. Agar mengetahui kota Majalengka lebih dekat, kali ini Mang Nanang mengajak jalan-jalan ke Majalengka.

 


Kabupaten Majalengka, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, beribukota di Majalengka. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.

Kota Majalengka terlihat sebagai kota yang dibangun secara terencana. Sebagai kota yang direncanakan, Majalengka dibangun mengikuti pola kota-kota pada umumnya yaitu adanya jaringan jalan yang berpotongan secara tegak lurus. Sistem perencanaan jalan dengan pola kisi pertama kali dikenal di Mohenjo Daro pada sekitar 2500 SM. Bentuk kota semacam ini kemudian berkembang menjadi pola bastides cities sebagaimana kota-kota benteng. Bagian kota dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel longitudinal dan transversal membentuk sudut siku-siku. Poros utama kota, yaitu jalan raya yang menghubungkan Majalengka – Cirebon (Jl. Kyai Haji Abdul Halim) berorientasi timur – barat. Topografi kota miring ke arah timur laut, sehingga sungai yang membelah kota mengalir dari arah barat ke timur kemudian bergabung dengan sungai induk ke arah utara. Kota Majalengka terpusat di bagian tengah di mana terdapat alun-alun kota.


- Kantor Bupati 
Di sebelah selatan alun-alun terdapat gedung pusat pemerintahan yang terdiri kantor Bupati dan Sekda. Kantor ini berada pada posisi 06° 50’ 11,30” LS dan 108° 13’ 39,40” BT. Gedung Kantor Bupati bergaya perpaduan antara arsitektur lokal dan Eropa. Gaya arsitektur lokal terlihat pada denah dan pembagian ruang yang terdapat bagian pendapa dan ruang induk. Gaya Eropa terlihat pada kolom dan pilaster penyangga atap yang terdapat di ruang pendapa, berbentuk bulat makin ke atas semakin kecil dengan alur vertikal. Pada bagian kepala tiang tidak terdapat hiasan kecuali hanya cincin melingkar.

Gaya arsitektur Eropa juga terlihat pada bangunan kantor Sekda. Bangunan ini berdenah segi empat. Ruang perkantoran terdapat pada sekeliling sisi. Bagian tengah merupakan halaman. Gaya Eropa terlihat pada bentuk serta ukuran jendela dan pintu. Daun pintu dan jendela menggunakan rangka kayu di bagian tengah dari bahan kaca.






- Pegadaian
Di sebelah timur alun-alun, pada sudut timur laut tepatnya pada posisi 06° 50’ 06,16” LS dan 108° 13’ 43,70” BT terdapat bangunan Pegadaian. Pada dasarnya bangunan menghadap ke arah barat, tetapi di sisi utara juga ada jalan masuk. Bangunan utama memanjang timur-barat. Gaya bangunan memperlihatkan percampuran antara arsitektur Cina dan Eropa. Di sisi utara terdapat loket tempat transaksi sebanyak 10 buah. Loket ini sekarang sudah tidak dipakai lagi, karena loket utama yang dipakai adalah yang berada di sisi barat. Di belakang ruangan yang dilengkapi loket terdapat ruangan untuk gudang penyimpanan barang-barang agunan.

Di sebelah barat daya gudang terdapat satu unit bangunan lain. Bangunan ini dilengkapi sumur yang berada di sudut barat laut. Gaya arsitektur bangunan juga memperlihatkan perpaduan antara arsitektur Cina dan Eropa. Pada sisi timur bangunan terlihat adanya pilaster sebanyak 4 buah berbentuk persegi. Puncak pilaster kedua dari selatan merupakan puncak bangunan, terdapat hiasan cerobong asap semu. Bangunan ini sekarang tidak dimanfaatkan lagi.

- Gedung Juang ‘45
Di sebelah utara alun-alun terdapat gedung DPRD dan Gedung Juang ‘45. Gedung DPRD terlihat sudah banyak mengalami renovasi, sedangkan Gedung Juang ‘45 masih memperlihatkan banyak keasliannya. Gedung Juang terletak di sebelah barat DPRD tepatnya berada pada posisi 06° 50’ 01,70” LS dan 108° 13’ 40,01” BT.

Gaya arsitektur bangunan memperlihatkan perpaduan antara arsitektur lokal dan Eropa. Pada bagian depan terdapat ruangan terbuka dengan kolom penyangga atap berbentuk persegi. Bagian bawah dan kepala tiang terdapat hiasan tonjolan persegi, selanjutnya pada tiap-tiap antar kolom terdapat bentuk lengkung. Pada bagian dalam ruang terbuka ini terdapat dua kamar yang berada di sisi kanan dan kiri.

Memasuki ruang dalam melewati pintu utama yang diapit jendela. Daun pintu dan daun jendela berbentuk jalusi. Di atas pintu dan jendela dilengkapi bukaan untuk ventilasi. Setelah melewati pintu utama akan menuju ruang tengah semacam aula. Pada bagian selatan ruang ini juga terdapat kolom persegi. Di sisi barat dan timur aula terdapat ruangan/kamar masing-masing dua buah. Selanjutnya menuju ruang belakang. Gedung Juang ‘45 sekarang dimanfaatkan untuk kantor beberapa organisasi antara lain FKPPI, Kovavet, dan PEPABRI.

- Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin
Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin atau Vihara Pemancar Keselamatan beralamat di Jl. KH Abdul Halim No. 24. Posisi kelenteng berada di sebelah barat alun-alun berjarak sekitar 300 m pada sisi selatan jalan. Secara geografis berada pada posisi 06° 50’ 04,81” LS dan 108° 13’ 28,18” BT. Kelenteng dibangun pada tahun 1803. Pada 1903 dilakukan pemugaran dan pada 1993 – 1995 dilakukan perbaikan lagi.

Gerbang utama berada di tengah berbentuk gapura paduraksa dilengkapi daun pintu. Bagian puncak gerbang, pada kedua ujungnya meruncing dan melengkung ke atas. Gerbang ini hanya dibuka pada hari-hari tertentu misalnya hari besar keagamaan. Untuk sehari-hari masuk melalui jalan yang ada di sebelah barat gerbang utama. Seluruh bangunan didominasi warna kuning dan merah. Kuning sebagai lambang kebahagian, sedangkan merah (peng an) merupakan lambang keselamatan.

Pada sudut barat laut halaman, sebelah barat gerbang utama terdapat bangunan berdenah segi empat, berjenjang susun empat, semakin ke atas semakin kecil. Pada puncak bangunan terdapat hiasan kilin. Hiasan ini melambangkan laki-laki. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pembakaran uang. Bangunan sejenis juga terdapat pada sudut timur laut halaman. Pada puncak bangunan ini terdapat hiasan kilin dengan anaknya. Hiasan ini melambangkan perempuan.

Pada jalan masuk utama setelah gerbang terdapat arca kura-kura berada di atas binatang mitologi berkaki empat tubuhnya rata seperti meja. Selanjutnya terdapat altar Tuhan Yang Mahaesa. Memasuki serambi depan melewati tangga naik setinggi 20 cm. Pada kanan dan kiri tangga naik terdapat arca kilin.


Secara umum, bangunan utama kelenteng merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa dan Cina. Serambi depan berpagar besi berwarna merah. Pada bagian depan serambi terdapat dua kolom berbentuk bulat semakin ke atas semakin kecil. Pada kolom terdapat alur alur dari bawah ke atas. Bagian atas kolom terdapat cincin melingkar. Sisi barat dan timur serambi merupakan dinding yang dilengkapi bukaan pada bagian atasnya melengkung. Pada sisi dalam dinding serambi sebelah barat terdapat arca harimau putih. Sedangkan pada bagian dalam dinding serambi sebelah timur terdapat arca naga. Ujung depan kedua dinding terdapat pilar berbentuk persegi. Atap bagian serambi rata. 

Ruang utama dilengkapi tiga pintu masuk masing-masing berdaun pintu ganda. Pintu yang dibuka berada di tengah. Pada ruang utama terdapat altar Hok Tek Tjeng Sin. Atap bangunan utama berbentuk atap pelana dengan penutup genting. Di belakang kelenteng terdapat bangunan yang berfungsi sebagai vihara Buddha.

- Rumah Tinggal
Pada ujung timur Jl. KH Abdul Halim, dari alun-alun berjarak sekitar 400 m terdapat bangunan rumah tinggal bergaya Indisch perpaduan antara arsitektur Eropa dengan arsitektur lokal. Bangunan ini berada di sisi utara jalan. Secara geografis berada pada posisi 06° 50’ 06,14” LS dan 108° 13’ 55,48” BT. Posisi bangunan di tengah lahan sehingga pada bagian depan dan samping terdapat halaman.

Bagian serambi depan terdapat kolom berjumlah delapan yang terkelompok menjadi empat masing-masing dua kolom secara berhimpitan. Secara umum kolom berbentuk bulat semakin ke atas semakin mengecil. Pada bagian bawah terdapat semacam batur penyangga, demikian pula pada bagian atas. Bagian bawah dan atas kolom terdapat cincin melingkar. Pada tubuh kolom terdapat alur memanjang. Antar kolom bagian atas dihubungkan dengan lipsplank berbentuk tetesan air.


Pintu masuk terdiri lima buah, masing-masing dilengkapi dua daun pintu.  Di atas setiap pintu terdapat hiasan melengkung. Atap bangunan utama terdiri dua bubungan. Masing-masing berbentuk limas memanjang arah barat – timur. Penutup atap dari bahan genting.


bersambung di kesempatan lain......

 
 
 
 
 

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda