MENGUNJUNGI BANGUNAN-BANGUNAN LAMA DI MAJALENGKA
Kota Majalengka memang
bukan kota yang terletak pada jalur lintas antar provinsi. Agar mengetahui kota
Majalengka lebih dekat, kali ini Mang Nanang mengajak jalan-jalan ke Majalengka.
Kabupaten Majalengka, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, beribukota di Majalengka.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di utara, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya di selatan, serta Kabupaten Sumedang di barat.
Kota Majalengka
terlihat sebagai kota yang dibangun secara terencana. Sebagai kota yang direncanakan, Majalengka dibangun mengikuti
pola kota-kota pada umumnya yaitu adanya jaringan jalan
yang berpotongan secara tegak lurus. Sistem perencanaan jalan dengan pola kisi
pertama kali dikenal di Mohenjo Daro pada sekitar 2500 SM. Bentuk kota semacam
ini kemudian berkembang menjadi pola bastides cities sebagaimana
kota-kota benteng. Bagian kota dibagi sedemikian rupa menjadi blok-blok empat
persegi panjang dengan jalan-jalan yang paralel
longitudinal dan transversal
membentuk sudut siku-siku. Poros utama kota, yaitu jalan raya yang menghubungkan Majalengka –
Cirebon (Jl. Kyai Haji Abdul Halim) berorientasi timur – barat. Topografi kota
miring ke arah timur laut, sehingga sungai yang membelah kota mengalir dari
arah barat ke timur kemudian bergabung dengan sungai induk ke arah utara. Kota
Majalengka terpusat di bagian tengah di mana terdapat alun-alun kota.
- Kantor Bupati
Di sebelah selatan alun-alun
terdapat gedung pusat pemerintahan yang terdiri kantor Bupati dan Sekda. Kantor
ini berada pada posisi 06° 50’ 11,30” LS dan 108° 13’ 39,40” BT. Gedung Kantor Bupati bergaya
perpaduan antara arsitektur lokal dan Eropa. Gaya arsitektur lokal terlihat
pada denah dan pembagian ruang yang terdapat bagian pendapa dan ruang induk.
Gaya Eropa terlihat pada kolom dan pilaster penyangga atap yang terdapat di
ruang pendapa, berbentuk bulat makin ke atas semakin kecil dengan alur
vertikal. Pada bagian kepala tiang tidak terdapat hiasan kecuali hanya cincin
melingkar.
Gaya arsitektur Eropa juga terlihat
pada bangunan kantor Sekda. Bangunan ini berdenah segi empat. Ruang perkantoran
terdapat pada sekeliling sisi. Bagian tengah merupakan halaman. Gaya Eropa
terlihat pada bentuk serta ukuran jendela dan pintu. Daun pintu dan jendela
menggunakan rangka kayu di bagian tengah dari bahan kaca.
- Pegadaian
Di sebelah timur alun-alun, pada
sudut timur laut tepatnya pada posisi 06° 50’ 06,16” LS dan 108° 13’ 43,70” BT terdapat bangunan Pegadaian.
Pada dasarnya bangunan menghadap ke arah barat, tetapi di sisi utara juga ada
jalan masuk. Bangunan utama memanjang timur-barat. Gaya bangunan memperlihatkan
percampuran antara arsitektur Cina dan Eropa. Di sisi utara terdapat loket
tempat transaksi sebanyak 10 buah. Loket ini sekarang sudah tidak dipakai lagi,
karena loket utama yang dipakai adalah yang berada di sisi barat. Di belakang
ruangan yang dilengkapi loket terdapat ruangan untuk gudang penyimpanan barang-barang
agunan.
Di sebelah barat daya gudang
terdapat satu unit bangunan lain. Bangunan ini dilengkapi sumur yang berada di
sudut barat laut. Gaya arsitektur bangunan juga memperlihatkan perpaduan antara
arsitektur Cina dan Eropa. Pada sisi timur bangunan terlihat adanya pilaster
sebanyak 4 buah berbentuk persegi. Puncak pilaster kedua dari selatan merupakan
puncak bangunan, terdapat hiasan cerobong asap semu. Bangunan ini sekarang
tidak dimanfaatkan lagi.
- Gedung Juang ‘45
Di sebelah utara alun-alun terdapat
gedung DPRD dan Gedung Juang ‘45. Gedung DPRD terlihat sudah banyak mengalami
renovasi, sedangkan Gedung Juang ‘45 masih memperlihatkan banyak keasliannya.
Gedung Juang terletak di sebelah barat DPRD tepatnya berada pada posisi 06° 50’ 01,70” LS dan 108° 13’ 40,01” BT.
Gaya arsitektur bangunan
memperlihatkan perpaduan antara arsitektur lokal dan Eropa. Pada bagian depan
terdapat ruangan terbuka dengan kolom penyangga atap berbentuk persegi. Bagian
bawah dan kepala tiang terdapat hiasan tonjolan persegi, selanjutnya pada
tiap-tiap antar kolom terdapat bentuk lengkung. Pada bagian dalam ruang terbuka
ini terdapat dua kamar yang berada di sisi kanan dan kiri.
Memasuki ruang dalam melewati pintu
utama yang diapit jendela. Daun pintu dan daun jendela berbentuk jalusi. Di
atas pintu dan jendela dilengkapi bukaan untuk ventilasi. Setelah melewati
pintu utama akan menuju ruang tengah semacam aula. Pada bagian selatan ruang
ini juga terdapat kolom persegi. Di sisi barat dan timur aula terdapat
ruangan/kamar masing-masing dua buah. Selanjutnya menuju ruang belakang. Gedung
Juang ‘45 sekarang dimanfaatkan untuk kantor beberapa organisasi antara lain
FKPPI, Kovavet, dan PEPABRI.
- Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin
Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin atau
Vihara Pemancar Keselamatan beralamat di Jl. KH Abdul Halim No. 24. Posisi
kelenteng berada di sebelah barat alun-alun berjarak sekitar 300 m pada sisi
selatan jalan. Secara geografis berada pada posisi 06° 50’ 04,81” LS dan 108° 13’ 28,18” BT. Kelenteng dibangun pada tahun
1803. Pada 1903 dilakukan pemugaran dan pada 1993 – 1995 dilakukan perbaikan
lagi.
Gerbang utama berada di tengah
berbentuk gapura paduraksa dilengkapi daun pintu. Bagian puncak gerbang, pada
kedua ujungnya meruncing dan melengkung ke atas. Gerbang ini hanya dibuka pada
hari-hari tertentu misalnya hari besar keagamaan. Untuk sehari-hari masuk
melalui jalan yang ada di sebelah barat gerbang utama. Seluruh bangunan didominasi
warna kuning dan merah. Kuning sebagai lambang kebahagian, sedangkan merah (peng an) merupakan lambang keselamatan.
Pada sudut barat laut halaman,
sebelah barat gerbang utama terdapat bangunan berdenah segi empat, berjenjang
susun empat, semakin ke atas semakin kecil. Pada puncak bangunan terdapat
hiasan kilin. Hiasan ini melambangkan laki-laki. Bangunan ini berfungsi sebagai
tempat pembakaran uang. Bangunan sejenis juga terdapat pada sudut timur laut
halaman. Pada puncak bangunan ini terdapat hiasan kilin dengan anaknya. Hiasan
ini melambangkan perempuan.
Pada jalan masuk utama setelah
gerbang terdapat arca kura-kura berada di atas binatang mitologi berkaki empat
tubuhnya rata seperti meja. Selanjutnya terdapat altar Tuhan Yang Mahaesa.
Memasuki serambi depan melewati tangga naik setinggi 20 cm. Pada kanan dan kiri
tangga naik terdapat arca kilin.
Secara umum, bangunan utama
kelenteng merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa dan Cina. Serambi depan
berpagar besi berwarna merah. Pada bagian depan serambi terdapat dua kolom
berbentuk bulat semakin ke atas semakin kecil. Pada kolom terdapat alur alur
dari bawah ke atas. Bagian atas kolom terdapat cincin melingkar. Sisi barat dan
timur serambi merupakan dinding yang dilengkapi bukaan pada bagian atasnya
melengkung. Pada sisi dalam dinding serambi sebelah barat terdapat arca harimau
putih. Sedangkan pada bagian dalam dinding serambi sebelah timur terdapat arca
naga. Ujung depan kedua dinding terdapat pilar berbentuk persegi. Atap bagian
serambi rata.
Ruang utama
dilengkapi tiga pintu masuk masing-masing berdaun pintu ganda. Pintu yang
dibuka berada di tengah. Pada ruang utama terdapat altar Hok Tek Tjeng Sin.
Atap bangunan utama berbentuk atap pelana dengan penutup genting. Di belakang
kelenteng terdapat bangunan yang berfungsi sebagai vihara Buddha.
- Rumah Tinggal
Pada ujung timur Jl. KH Abdul Halim,
dari alun-alun berjarak sekitar 400 m terdapat bangunan rumah tinggal bergaya
Indisch perpaduan antara arsitektur Eropa dengan arsitektur lokal. Bangunan ini
berada di sisi utara jalan. Secara geografis berada pada posisi 06° 50’ 06,14” LS dan 108° 13’ 55,48” BT. Posisi bangunan di
tengah lahan sehingga pada bagian depan dan samping terdapat halaman.
Bagian serambi depan terdapat kolom
berjumlah delapan yang terkelompok menjadi empat masing-masing dua kolom secara
berhimpitan. Secara umum kolom berbentuk bulat semakin ke atas semakin
mengecil. Pada bagian bawah terdapat semacam batur penyangga, demikian pula
pada bagian atas. Bagian bawah dan atas kolom terdapat cincin melingkar. Pada
tubuh kolom terdapat alur memanjang. Antar kolom bagian atas dihubungkan dengan
lipsplank berbentuk tetesan air.
Pintu masuk terdiri lima buah,
masing-masing dilengkapi dua daun pintu.
Di atas setiap pintu terdapat hiasan melengkung. Atap bangunan utama
terdiri dua bubungan. Masing-masing berbentuk limas memanjang arah barat –
timur. Penutup atap dari bahan genting.
bersambung di kesempatan lain......
Label: Majalengka
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda