Harta Karun Yang Muncul di Bandung Timur
Pendahuluan
Surat kabar Galamedia yang terbit di Bandung, pada tanggal 20 Agustus 2002 menurunkan berita penemuan tersebut. Bermula dari Bapak Ahmad Muhammad, bersama rekan-rekannya, pada sore tanggal 18 Agustus 2002 bermaksud meratakan gundukan tanah yang terdapat di lahan kuburan. Tiba-tiba cangkul Bapak Rochman mengenai benda keras. Setelah diperhatikan ternyata batu yang bersusun. Keesokan harinya penggalian dilanjutkan oleh Bapak Ahmad dan rekan-rekan yang semuanya berjumlah duabelas orang. Penggalian dilanjutkan hingga kedalaman 120 cm lebar 1,5 m dan panjang 6 m. Bagian yang tampak merupakan susunan batu sebanyak 9 lapis. Melihat pemandangan ini mereka lalu melaporkan penemuannya ke berbagai pihak di antaranya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat dan Balai Arkeologi Bandung. Setelah dilakukan peninjauan singkat oleh kedua instansi tersebut disimpulkan bahwa temuan itu adalah benar suatu runtuhan bangunan candi bagian kaki. Hal yang sangat menarik profil kaki menunjukkan adanya bagian yang disebut pelipit, ojief (sisi genta), dan bingkai persegi. Menindaklanjuti temuan itu akhirnya diputuskan segera dilakukan ekskavasi penyelamatan.
Gambaran Umum Lokasi
Geomorfologi kawasan situs Bojongmenje secara umum merupakan pedataran bergelombang dengan ketinggian antara 620 hingga 1700 m di atas permukaan laut. Situs Bojongmenje berada pada ketinggian sekitar 675 m di atas permukaan laut. Dataran rendah berada di bagian selatan dan barat, sedangkan bagian utara dan timur merupakan perbukitan. Bukit-bukit tersebut antara lain G. Bukitjarian (1282 m), G. Iwiriwir, Pr. Sumbul (949 m), G. Kareumbi, G. Kerenceng (1736 m), G. Pangukusan (1165 m), Pr. Sodok, Pr. Panglimanan, Pr. Dangusmelati, Pr. Serewen (1278 m), G. Buyung, dan beberapa puncak lainnya (berdasarkan peta topografi daerah Sumedang lembar 4522-II).
Dataran rendah di mana situs berada dialiri beberapa sungai. Sungai-sungai tersebut bermata air dari kawasan pegunungan di sebelah utara dan timur. Di kawasan paling barat mengalir Sungai Cikeruh. Ke arah timur berturut-turut terdapat aliran sungai Cikijing, Cimande, dan Citarik. Sungai Cikijing dan Cimande bersatu dengan Citarik. Sungai Cimande yang mengalir di dekat situs, di sebelah timur situs bermula dari arah selatan ke utara kemudian berbelok ke arah barat. Di sebelah barat laut situs sungai ini kemudian berbelok lagi ke arah selatan.
Lokasi berada pada lahan kuburan yang dikelilingi areal pabrik, di sebelah selatan jalan raya Bandung – Tasikmalaya. Untuk menuju situs hanya dapat melalui lorong di antara padatnya perumahan penduduk dan tembok pagar pabrik. Panjang lorong dari jalan raya hingga lokasi situs sekitar 125 m. Lahan kuburan di mana terdapat bangunan candi, berada pada sebelah selatan kelokan sungai Cimande berjarak sekitar 75 m.
Runtuhan candi berada di bagian sudut barat laut lahan kuburan, pada tanah yang menggunduk. Gundukan tanah ini tingginya sekitar 1 m dari lahan sekitar. Pada bagian puncak gundukan ditumbuhi pohon bungur. Menurut cerita masyarakat, candi ini memang sudah lama diketahui. Dahulu di lokasi ini pernah terdapat arca batu menggambarkan sosok wanita menimang bayi. Arca tersebut dahulu sering untuk main-main dan seringkali dilemparkan ke sungai. Berdasarkan keberadaan arca ini masyarakat menamakannya Candi Orok. Di sebelah timur candi ini dahulu juga terdapat candi dan beberapa arca yang berjajar. Masyarakat menamakannya Candi Wayang. Selain di sebelah timur, di sebelah barat juga terdapat bangunan candi.
Hasil Ekskavasi
Struktur kaki sisi utara tidak dapat ditampakkan secara keseluruhan karena berada dekat sekali dengan tembok pabrik. Beberapa batu runtuhan berada di bawah pondasi pagar tembok pabrik. Sudut timur laut tidak dapat ditampakkan sama sekali karena berada tepat di bawah pagar tembok pabrik.
Struktur sisi timur ditemukan dalam keadaan tidak lengkap. Beberapa batu ditemukan dalam keadaan terpotong akibat aktivitas penduduk membuat lubang galian kuburan. Sudut tenggara dapat ditampakkan secara penuh. Beberapa batu bagian ini juga rusak akibat galian kuburan. Struktur sisi selatan keadaannya relatif utuh dalam arti tidak rusak akibat penggalian untuk kuburan.
Secara umum ekskavasi telah menampakkan denah candi berbentuk bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m, bila diukur pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) dan sekitar 7,5 X 7,5 m bila diukur pada batu paling bawah. Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik, meskipun pada beberapa kotak gali ditemukan bata. Batu kulit hanya terdiri satu lapis. Batu isian berupa batu-batu polos tidak dibentuk. Kebanyakan batu isian berbentuk panjang disusun secara melintang (berpotongan dengan struktur sisi).
Bata ditemukan dibeberapa kotak gali. Ukuran bata berkisar antara tebal 9 cm, lebar 20 cm, dan panjang 40 cm. Pada akhir spit, yaitu dimana terdapat batu pondasi bangunan candi, tanah di sekitarnya diperkeras dengan pecahan bata dan kerikil.
Pada setiap kotak gali, penggalian pada kedalaman sekitar 1 m terganggu oleh resapan air tanah yang cukup deras. Sehingga pada setiap penggalian harus selalu berpacu dengan cepatnya genangan air.
Temuan Penting
Pada sisi timur bagian utara, di kedalaman sekitar 105 cm ditemukan batu berhias medalion. Secara keseluruhan berukuran panjang 50 cm, lebar 39 cm, dan tebal 12 cm. Pada sisi selatan, terdapat batu struktur yang sudah terlepas. Pada sisi batu tersebut terdapat profil bingkai padma dalam ukuran kecil. Diperkirakan batu ini merupakan unsur bagian atas bangunan candi. Di sisi barat, pada kedalaman sekitar 100 cm ditemukan batu yang salah satu sisinya terdapat cekungan sebanyak dua buah berjajar, berbentuk setengah lingkaran. Batu tersebut berukuran panjang 75 cm, lebar 28 cm, tebal 18 cm, diameter pahatan 21 cm dan 22 cm.
Temuan lain yang hampir ditemukan pada setiap kotak gali adalah fragmen tembikar dan tatal obsidian. Fragmen tembikar ada yang berhias ada yang polos. Pola hias tembikar antara lain garis-garis dan jala. Arang sebagai materi yang dapat di-dating juga ditemukan di beberapa kotak gali.
Temuan penting juga ditemukan ketika dilakukan penggalian fondasi pagar pengaman. Pada sisi timur berjarak sekitar 3 m dari sisi timur candi, di kedalaman sekitar 75 cm ditemukan fragmen yoni dan batu kemuncak. Fragmen yoni dalam keadaan pecah sedikit bagian atas. Bagian cerat tidak ditemukan lagi karena patah. Batu kemuncak pada bagian atas persegi delapan, bagian bawah cembung. Fragmen yoni dan batu kemuncak dari bahan batu tufaan sedikit rapuh.
Dilihat dari pola stratigrafi, bagian candi telah beberapa kali mengalami penimbunan karena proses sedimentasi. Dari kotak gali yang berada di sudut barat laut terlihat bahwa lapisan tanah paling atas merupakan tanah urug berwarna coklat kemerahan banyak mengandung akar. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan tanah berwarna coklat kemerahan dengan tekstur halus sampai kasar padu, akar sedikit berkurang. Pada lapisan ini sampah modern seperti plastik dijumpai secara selaras. Di bawahnya terdapat lapisan tanah tipis berwarna kehitaman sedikit akar. Pada lapisan ini sampah modern masih dijumpai. Di bawah lapisan ini tanah berwarna kecoklatan banyak diselingi material candi. Lapisan paling bawah sedikit mengandung pasir/kerikil atau pecahan bata. Lapisan paling bawah merupakan permukaan tanah pada waktu candi masih dipergunakan.
Di kotak gali pada sudut barat daya keadaannya sedikit berbeda. Kotak ini dapat dijadikan sampel stratigrafi bagian selatan. Lapisan paling atas berupa tanah coklat kemerahan banyak mengandung akar. Di bawahnya adalah lempung kehitaman masih mengandung akar. Selanjutnya lempung hitam kecoklatan yang menyambung dengan tanah mengandung pasir/kerikil atau pecahan bata. Stratigrafi yang terlihat, menunjukkan bahwa tertimbunnya bangunan candi di situs Bojongmenje belum berlangsung lama. Sampah modern banyak yang ditemukan berada di bawah level batu candi (bagian ojief).
Simpulan Hasil Ekskavasi
Faktor eksternal antara lain resapan air tanah yang begitu besar. Kondisi ini bisa menyebabkan daya dukung tanah berkurang sehingga bangunan melesak. Faktor eksternal besar yang menyebabkan rusaknya candi, terutama di sisi timur, adalah akibat aktivitas manusia dalam rangka membuat lubang kuburan. Beberapa fitur bekas lubang kuburan terlihat memotong batuan secara paksa dan beberapa batuan yang ada diangkatnya. Sehingga struktur sisi timur selain terpotong juga ada yang hilang.
Gaya bangunan, dilihat dari profil kakinya menunjukkan dari sekitar abad ke-7 atau ke-8. Denah bangunan bujur sangkar berukuran 6 X 6 meter. Indikator tangga yang ditemukan pada bagian ojief (bingkai padma, sisi genta) di sisi timur, menunjukkan candi menghadap ke timur. Bahan utama yang dipergunakan adalah batuan volkanik. Unsur bata yang ditemukan belum dapat dipastikan apakah sebagai salah satu unsur struktur candi atau bagian lainnya. Hal ini karena jumlahnya yang sangat sedikit. Unsur bata juga dijumpai pada lantai/halaman asli dalam bentuk pecahan yang berfungsi untuk pengerasan.
Indikator kuat latar keagamaan yang ditemukan berupa fragmen yoni. Dengan perbandingan di kawasan sekitar, tercatat terdapat beberapa kepurbakalaan yang berlatarkan pada Hinduisme. Di Tenjolaya terdapat unsur Hindu berupa arca Durga. Di Cibodas pernah dilaporkan adanya temuan arca Siwa Mahadewa. Di Cibeeut pernah ditemukan Ganesa. Di Citaman terdapat arca Durga. Berdasarkan indikator kuat serta kondisi budaya masa lalu di sekitar situs Bojongmenje, dapat dipastikan Candi Bojongmenje berlatarkan Çivaistis.
Emosi Kultural Masyarakat
Temuan data baru ketika dilakukan kegiatan prapemugaran
Catatan:
2 Komentar:
menakjubkan
6 Juni 2009 pukul 04.36
Infomasi yang sangat bermanfaat supaya generasi penerus bangsa tau tentang sejarah sejarah yang ada di indonesia
1 Januari 2020 pukul 15.26
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda